Resensi Novel AADC | Lengkap

Resensi Novel “Ada Apa Dengan Cinta ?”
Hasil gambar untuk resensi novel AADC 2 lengkap
       I.                     Identitas Novel
1.      Judul                    : Ada Apa dengan Cinta?
2.      Penulis                   : Silvarani
3.      Penerbit                 : PT Gramedia Pustaka Utama
4.      Tempat  Terbit       : Jakarta
5.      Tahun Terbit          : 2016
6.      Tebal Halaman      : 186
    II.                         Sinopsis
Ada Apa dengan Cinta ?
Novel ini diadaptasi dari sebuah film yang berjudul sama. Novel ini mengandung sangat banyak karya sastra, yaitu puisi. Novel ini menceritakan kisah Cinta antara Rangga dan Cinta. Cinta adalah siswi yang sangat populer di sekolahnya. Cinta memiliki empat orang sahabat karib, yaitu Karmen, Maura, Milly, dan Alya. Mereka tergabung dalam klub majalah dinding (mading) sekolah.
                        Pada suatu hari, sekolah mengadakan lomba puisi yang selalu diselenggarakan setiap tahunnya. Sudah dua tahun berturut-turut Cinta selalu memenangkan lomba puisi tersebut. Cinta sangat menyukai puisi. Baginya, merangkai kata menjadi sebuah kata yang indah tidaklah sulit. Tiga minggu kemudian, hari pengumuman lomba puisi pun tiba. Semua orang yakin bahwa Cinta pasti akan keluar sebagai pemenang lagi. Kepala sekolah pun mengumumkan siapa pemenangnya. Dan ternyata pemenangnya bukanlah Cinta,  melainkan Rangga. Semua orang penasaran dan menunggu pemenangnya naik ke atas panggung, tetapi tidak ada orang yang naik ke atas panggung. Rasa penasaran Cinta pun semakin menjadi-jadi.
                        Keesokan harinya, ketika istirahat, Cinta memutuskan untuk menghabiskan waktu istirahatnya di perpustakaan. Tanpa disengaja,    Cinta pun bertemu Rangga. Tatapan mereka beradu. Hanya dalam hitungan detik sepertinya adu tatap itu mengirimkan getar ke hati mereka berdua. Namun Cinta dan Rangga buru-buru membunuh rasa yang sebenarnya sudah menyentuh hati mereka. Setelah itu, Cintapun memberi selamat pada Rangga atas kemenangannya. Tetapi Rangga malah bersikap dingin dan berkata bahwa ia tak pernah mengirimkan puisinya untuk dilombakan. Rangga memang seorang pemuda yang dingin, kaku, dan introvert. Rasa kagum dan penasaran terhadap Rangga pun berubah menjadi kebencian. Setelah itu, ia pun langsung menceritakan apa yang telah dialaminya kepada sahabat-sahabatnya. Sahabat-sahabatnya pun ikut geram pada Rangga setelah mendengar cerita Cinta.
                        Beberapa hari kemudian, Cinta menulis surat yang isinya makian dan sindiran untuk Rangga. Setelah Rangga membacanya, rasa geram menyelimuti hatinya, ia pun bergegas menemui Cinta di ruang redaksi. Cinta dan teman-temannya pun kaget melihat Rangga. Rangga pun mengajak Cinta untuk keluar dan berbicara. Disitu pun terjadi adu mulut antara Cinta dan Rangga. Akhirnya Rangga pergi meninggalkan Cinta dan saking terburu-burunya, Rangga tidak sengaja menjatuhkan dan meninggalkan bukunya di lantai. Kemudian Cinta diam-diam mengambil novel itu. Hari-hari Cinta berikutnya dipenuhi dengan membaca buku milik Rangga. Ia menjadi sering tidur larut, terlambat masuk sekolah,    sering menghabiskan waktu di kamar untuk membaca novel itu. Beberapa hari kemudian, Cinta bertekad untuk mengembalikan buku itu pada Rangga, ia membungkus buku itu dengan kertas kado kemudian ditempelkannya secarik kertas kecil dan menuliskan beberapa patah kata. Keesokan harinya Cinta menaruh buku itu di atas meja yang biasa Rangga tempati.
                        Rangga terheran-heran melihat ada sebuah kado di atas mejanya. Ia pun membuka isi kado tersebut dan membaca surat yang ditempel pada kertas kadonya. Setelah mengetahui bahwa buku yang selama ini dicari-carinya telah kembali, Rangga merasa senang dan ia pun mengucapkan terima kasih pada Cinta. Semenjak kejadian itu, keduanya menjadi semakin dekat apalagi keduanya sama-sama menyukai puisi.
                       Kedekatan Rangga dan Cinta mulai mengganggu hubungan persahabatan Cinta dan sahabat-sahabatnya. Cinta sering absen dalam kegiatan-kegiatan yang telah direncanakan Cinta dan sahabat-sahabatnya. Puncaknya adalah ketika Alya menelepon Cinta untuk menceritakan keadaan rumahnya yang memang sangat berantakan, ayahnya sering memukuli Alya dan ibunya. Waktu itu Alya memohon kepada Cinta untuk datang dan menginap di rumah Cinta. Tetapi Cinta menolaknya dengan alasan bahwa dirinya sedang sakit dan mau periksa ke dokter. Padahal,    sebenarnya Cinta pergi bersama Rangga ke sebuah Cafe.
                        Sepulangnya Cinta dari Cafe tersebut, betapa kagetnya Cinta mendengar kabar bahwa sahabatnya, Alya melakukan percobaan bunuh diri. Cinta pun buru-buru pergi ke rumah sakit untuk melihat keadaan Alya. Sahabat-sahabatnya yang lain sudah tiba terlebih dahulu di rumah sakit, mereka semua kecewa pada Cinta karena telah berbohong. Cinta pun sangat menyesal. Ia pun langsung meminta maaf ketika Alya akhirnya siuman. Atas kejadian itu, Cinta menganggap Ranggalah penyebab perubahan pada dirinya, Ranggalah yang menyebabkan hubungan persahabatannya renggang. Cinta pun berjanji pada sahabat-sahabatnya untuk tidak menemui Rangga lagi. Beberapa hari kemudian, Cinta berkata kepada Rangga untuk tidak menemuinya lagi. Rangga akhirnya pun menyetujuinya. Semenjak hari itu, banyak perubahan dalam diri Cinta. Ia jadi sering melamun, raut wajahnya selalu sedih, dan tidak semangat lagi. Para sahabatnya yang melihat keadaan Cinta pun terheran-heran, ada apa dengan Cinta? Setelah didesak oleh sahabat-sahabatnya, Cinta akhirnya mengakui bahwa ia memang sudah jatuh Cinta pada Rangga. Para sahabatnya pun menyuruh Cinta untuk meminta maaf pada Rangga. Tapi ternyata, Rangga sudah beberapa hari tidak masuk sekolah. Rangga akan pindah sekolah ke New York dan pada hari itu adalah jadwal keberangkatan Rangga.

                        Setelah itu, tanpa berpikir panjang, Cinta dan sahabat-sahabatnya pun bergegas pergi menuju ke bandara untuk menemui Rangga. Cinta berharap bahwa ia masih bisa bertemu dengan Rangga. Setelah sampai,    Cinta langsung berlari dan mencari Rangga. Akhirnya, ia pun menemukan Rangga. Ia menangis dan meminta maaf pada Rangga. Cinta meminta Rangga untuk tetap tinggal di Indonesia. Tetapi ternyata Rangga tetap harus pergi. Pada akhirnya Rangga, memberikan sebuah jurnal yang di halaman terakhirnya terdapat sebuah puisi berjudul “Ada Apa dengan Cinta?”. Ada beberapa patah kata dari puisi tersebut yang meyakinkan hati Cinta untuk menunggu Rangga, bait terakhir puisi tersebut berbunyi: “Aku akan kembali dalam satu purnama untuk mempertanyakan kembali Cintanya … Bukan untuknya, bukan untuk siapa … Tapi untukku,    karena aku ingin kamu,    itu saja.”
 III.                             Unsur Intrinsik
1.      Tema
Novel ini bertemakan tentang kisah cinta dan persahabatan yang dialami Cinta. Dari awal cerita, sudah dijelaskan bahwa cinta memiliki empat orang sahabat yang dianggap merupakan pusat dunianya. Mereka berlima selalu menghabiskan waktu bersama, suka dan duka pun dirasakan bersama. Bahkan dengan berprinsip masalah salah satu dari mereka merupakan masalah bersama yang harus ditanggung dan diselesaikan bersama. Namun, ketika Cinta dipertemukan dengan Rangga, kisah cinta mereka pun dimulai dan menyebabkan perpecahan dalam persahabatan mereka. Adanya saling ketidakjujuran antara Cinta dengan sahabat-sahabatnya bahkan dengan dirinya sendiri,    membawa perubahan yang besar bagi Cinta.
2.      Alur
Novel ini menggunakan alur campuran. Karena penulis menceritakan perjalanan Cinta dengan sahabat-sahabatnya menggunakan alur maju. Penulis menceritakan ataupun memperkenalkan Cinta dan sahabat-sahabatnya yang selalu bersama dalam suka dan duka. Mereka banyak menghabiskan waktu bersama dan membagi semua rasa yang ada pada diri mereka masing-masing, kemudian penulis menggunakan alur mundur ketika ayah Rangga menceritakan penyebab ia dianggap sebagai komunis kepada Cinta, yaitu pada tahun 96 Yusrizal ayahnya Rangga menulis tesisi tentang kebusukan orang-orang pemerintahan. Akibatnya ayah Rangga di pecat dan di anggap sebagai komunis. Setelah itu,   penulis kembali dengan menulis menggunakan alur maju. Penulis kembali membahas persahabatan dan lika-liku kisah cinta antara Rangga dan Cinta. Persahabatan Cinta yang menjadi taruhannya dan bahkan pertengkaran pun terjadi antara Rangga dan Cinta. Hingga klimaksnya Alya yang melakukan percobaan bunuh diri dan perenggangan pun terjadi diantara mereka. Begitu pula antara Cinta dan Rangga. Rangga yang sakit hati dan kecewa dengan perkataan Cinta yang sangat menghinanya, membuat Rangga menjauh dari Cinta. Setelah itu,   persahabatan Cinta pun terselamatkan namun kisah Cinta antara Rangga dan Cinta berujung pada perpisahan. Dimana Rangga pindah ke New York bersama ayahnya.
3.      Latar
3(1) Latar Tempat
a.       Sekolah
Pada awal cerita, penulis memulai ceritanya di sekolah. Sorai-sorai siswa-siswi yang memasuki gerbang sekolah. Ada yang berjalan kaki, mengendarai motor maupun mobil. Suasana ceria diwaktu pagi itu dirasakan oleh Cinta,   yang memasuki gerbang sekolah.
Pembuktian :“ keceriaan menyebar disetiap sudut sekolah pagi ini. muda-mudi berseragam putih abu-abu memasuki gerbang sekolah. Ada yang berangkat kesekolah mengendarai mobil, motor, diantar keluarga, pacar atau sopir. Ada pula yang naik kendaraan umum atau jalan kaki ”.
b.      Ruang redaksi
Cinta dan sahabat-sahabatnya merupakan anggota klub mading. Di ruang redaksi lah mereka sering menghabiskan waktu luang untuk membuat mading sekolah. Bahkan diruangan ini,   mereka sering bercanda satu sama lain.
Pembuktian :“…sementara itu dari ruang redaksi terdengar gelak tawa dan canda. Milly yang polos sering membuat teman-temannya tertawa. Belum lagi adu mulut si tomboi Karmen dan si cerewet Maura. Celoteh lucu yang sering kali muncul ditengah perdebatan mereka membuat Cinta tak Berheni tertawa…”
“Cinta berjalan dengan gusar ke ruang redaksi mading. Ia berharap sahabat-sahabatnya masih di sana”.
“dari lapangan, Maura, Alya, Karmen, Milly dan Cinta menuju ruang redaksi untuk menyelesaikan beberapa bahan mading edisi bulan depan”.

c.       Ruang kelas
Tak lama setelah Cinta dan sahabat-sahabatnya menyelesaikan mading baru, bel tanda masuk pun berbunyi. Semua siswa-siswi bergegas memasuki ruang kelas.
Pembuktian :“…Teng teng! Teng teng! Teng teng! Teng teng! Tak lama kemudian terdengar lonceng dibunyikan Pak Wardiman. Para murid pun berlarian memasuki ruang kelas sampai-sampai Pak Wardiman yang kecil dan kurus hampir terdorong salah satu siswa kelas tiga berbadan bongsor…”
“…selepas para murid masuk kelas, dalam sekejap keramaian digantikan dengan keheningan. Di lorong tak terdengar lagi bunyi decit sepatu kets anak-anak yang berlarian gelak tawa tak lagi menggema…”
d.      Kamar Cinta
Sepulang sekolah, Cinta dan sahabat-sahabatnya pergi ke rumah Cinta dan berkumpul di kamar Cinta. Saat itu, Cinta menyingkap kemeja Alya untuk melihat luka memar yang ada di punggungnya akibat dari kekerasan ayahnya. Kemudian mereka berbagi duka dan suka bersama, hingga mereka pun menari bersama untuk enghilangkan stres dan kebosanan mereka.
Pembuktian :“…Alya tak berani memandangi wajah Maura. Ia hanya menunduk memandangi lantai kamar Cinta yang dilapisi karpet merah muda. Bahagianya Cinta, dia bisa punya dekorasi indah untuk kamarnya…”
“…jendela kamar Cinta sengaja dibuka. Dari situ, Alya memperhatikan senja ang mulai turun…”
“…setelah makan malam, Cinta langsung naik ke kamarnya. Karena mengira Cinta hendak mengerjakan tugas, orang tuanya tidak curiga sama sekali dengan sikapnya. Padahal sebenarnya Cinta tak sabar ingin membaca puisi Rangga. Ia sengaja memilih malam hari agar pikirannya lebih tenang dan suasana sekitar tak begitu ramai. Di kamar, Cinta langsung mengeluarkan puisi Rangga. Ia duduk bersila ditempat tidur dan memeluk boneka beruang besarnya yang empuk, lalu ia membaca kata demi kata yang tergores di kertas itu…”
e.       Perpustakaan
Setelah membaca puisi Rangga, Cinta merasa ada aliran baru yang masuk kedalam pikirannya. Ia semakin penasaran dengan Rangga si pemenang lomba puisi yang mengalahkan puisinya. Selain itu, keterangan Rangga sebagai pemenang dibutuhkan sebagai bahan mading. Hingga akhirnya Cinta pergi mencari Rangga di perpustakaan.
Pembuktian:“…ketika Cinta memasuki perpustakaan,   beberapa pasang mata beralih padanya. Beberapa siswa memandangnya dengan sumringah meminta perhatian, dan beberapa lainnya memandang penuh kekaguman. Sementara matanya mencari-cari keberadaan Rangga, Cinta tersenyum kepada beberapa teman yang menyapanya. Ia memperhatikan wajah-wajah yang sedang membaca buku atau mengerjakan tugas, mencari wajah yang tak ia kenal. Sampai akhirnya,   terdengar suara cekikikan di tengah kesunyian perpustakaan.
f.       Toko buku
Kencan yang dilakukan oleh Cinta dan Borne,   jadi berantakan karena Cinta membatalkan kencan di bioskop tetapi mereka hanya pergi ketoko buku. Selain itu,   kejadian di toko buku juga ada saat Rangga dan Cinta pergi ke toko buku bekas Limbong,   untuk mencari buku-buku tua sastra.
Pembuktian :“…sekalinya bicara, Cinta malah mengajak Borne ke toko buku. Borne mendesah, menurutnya pergi ke toko buku bukanlah kencan. Begitu memasuki toko buku,   Cinta langsung menuju bagian sastra. Tak lama kemudian ia tampak serius mencari, sementara Borne mati gaya mengekorinya…”
“itu dia kios buku bekasnya,   ” kata Rangga,   menunjuk toko di ujung jalan dengan papan bertulis “Limbong From Siantar”.
g.      Kafe
Saat Cinta mengembalikan CD Rangga, Rangga mengatakan bahwa salah satu anggota dari band blues setiap malam minggu tampil di kafe Kemang. Rangga pun mengajak Cinta pergi ke kafe di Kemang, dan Cinta pun setuju untuk pergi bersama Rangga menonton salah satu anggota band blues di kafe Kemang.
Pembuktian :“…ketika Cinta sampai di depan kafe,   matanya langsung menangkap sosok Rangga yang sedang menunggu. Rangga bersandar di dinding dengan kedua tangan dimasukkan ke saku jaket …”
h.      Rumah Rangga
Setelah kejadian Rangga dikeroyok oleh Borne dan kawan-kawannya, selama dua hari Rangga tidak masuk sekolah. Hal itu membuat Cinta penasaran dengan Rangga. Hingga ia pun pergi ke rumah Rangga untuk menghilangkan rasa penasarannya.
Pembuktian :“…di luar terdengar bel rumah berbunyi. Yusrizal menjulurkan lehernya ke arah pintu dan melihat Rangga berjalan menuju pintu depan. Tahu sudah ada yang membukakan pintu, ia pun kembali memusatkan perhatian pada pembicaranya di telepon…”
i.        Rumah Sakit
Saat Alya menjadi korban dari kekerasan ayahnya yang bertengkar dengan ibunya, dirinya dilanda trauma dan menangis ketakutan hingga Alya pun di larikan ke rumah sakit. Alya berada di ruang ICU, karena keadaannya yang begitu kritis dipukuli oleh ayahnya.
Pembuktian :“ di ruang ICU, Alya terbaring lemah tak sadarkan diri. Wajahnya sepucat mayat. Selang inus serta oksigen menancap di tubuhnya, dan perban membebat pergelangan tangannya.”.
“…di koridor rumah sakit, Cinta dan kedua orang tuanya bergegas menuju ruang ICU. Air mata Cinta tak berhenti mengalir sementara ia mencari-cari ruangan tempat sahabatnya di rawat…”
j.        Bandara
Pertengkaran terakhir antara Cinta dan Rangga membuat Rangga menjadi sakit hati dan kecewa. Ia pun memutuskan pergi dan pindah ke New York bersama ayahnya. Bandara merupakan tempat pertemuan terakhir antara Cinta dan Rangga.
Pembuktian :“ papan penunjuk hijau bertuliskan bandara Soekarno-Hatta tampak dari jendela taksi yang di tumpangi Rangga. Taksi mereka akhirnya memasuki halaman terminal keberangkatan”.
“…dan akhirnya setelah menit-menit menegangkan di perjalanan berlalu, mobil mereka pun memasuki halaman terminal keberangkatan international…”
“…Cinta melihat Rangga di salah satu antrean imigrasi bersama ayahnya…”
“…benar-benar tak ada kata lagi terucap setelah itu. Rangga melewati pemeriksaan imigrasi dan bergabung dengan ayahnya. Ia menoleh, lalu melambaikan tangan. Cinta balas melambai hingga akhirnya Rangga benar-benar menghilang dari pandangan…”
3(2) Latar Suasana
a.       Ceria
Pada awal cerita, penulis memulai ceritanya di sekolah. Sorai-sorai siswa-siswi yang memasuki gerbang sekolah. Ada yang berjalan kaki, mengendarai motor maupun mobil. Suasana ceria diwaktu pagi itu dirasakan oleh Cinta, yang memasuki gerbang sekolah.
Pembuktian :“ keceriaan menyebar disetiap sudut sekolah pagi ini. muda-mudi berseragam putih abu-abu memasuki gerbang sekolah. Ada yang berangkat kesekolah mengendarai mobil, motor, diantar keluarga, pacar atau sopir. Ada pula yang naik kendaraan umum atau jalan kaki ”.
b.      Canggung
Suasana canggung dirasakan Borne ketika kencan bersama Cinta. Selama perjalanan menuju tempat kencan, mereka hanya sedikit mengobrol dan lebih banyak diam.
Pembuktian :“…selama di perjalanan menuju PIM,   mereka hanya mengobrol seadanya, bahkan kemudian lebih banyak diam. Cinta sendiri tidak merasa terganggu dengan keheningan tersebut. Ia bisa menyaksikan pemandangan tepi jalan atau trotoar yang ramai dengan penjual minuman dan tukang asongan. Lain halnya dengan Borne, sejak keluar dari kompleks perumahan Cinta sampai di parkiran mall, ia resah karena Cinta tak berusaha berbicara kepadanya…”
c.       Marah
Ketika Cinta meminta Rangga untuk diwawancara, Cinta sangat kesal dengan Rangga karena sikap dingin dan jutek yang Rangga tunjukkan padanya. ia sangat gusar, hingga pergi meninggalkan Rangga.
Pembuktian :“Cinta berjalan dengan gusar ke ruang redaksi mading. Ia berharap sahabat-sahabatnya masih di sana. Cinta tak sabar ingin menceritakan kekesalannya terhadap Rangga”.
“Reseh!” Cinta mendorong pintu keras-keras hingga hampir mengenai Alya, Karmen, Maura dan Milly yang hendak keluar.
d.      Tegang
Ketegangan terjadi ketika Cinta berdebat dengan Rangga. Dan juga ketika sahabat-sahabatnya membentak Cinta di rumah sakit. Selain itu, ada pula perdebatan antara Maura dan Karmen di ruang redaksi.
Pembuktian :“…Rangga jelas marah sekali, lalu meninggalkan Cinta. Namun setelah beberapa langkah,   Rangga kembali berbalik dan menghampirinya, seolah belum puas bicara…”
“Asal kamu tahu, Ta. Kalau diperlakukan nggak fair begini sih saya sudah biasa.” Katanya

“…tiba-tiba Cinta merasakan lengannya ditarik seseorang. Tanpa mengatakan apa-apa, Maura mengajaknya ke pojok koridor yang sepi…”
“kemana aja lo?” bisik Maura galak

“diem elo berdua!” ujar Milly dengan suara bergetar dan menahan tangis. “giliran gue yang ngomong sekarang! Gue tahu gue yang paling tulalit,   kalian pada nganggep gue badut. Terserah! Tapi gue tahu ini gak bener. Yang jelas antara kita tuh nggak boleh berantem.”
e.       Panik
Suasana panik terjadi ketika Cinta dan sahabat-sahabatnya buru-buru pergi ke bandara. Mereka panik jika tidak tepat waktu, sehingga Cinta tidak akan bertemu lagi dengan Rangga.
Pembuktian :“…Cinta dan kawan-kawannya berlari panik di sepanjang lobi keberangkatan…”
“…pak, ini urusannya emergency. Sebentar saja !...”
f.       Duka
Ketika Alya masuk rumah sakit, ibunya, Cinta dan sahabat-sahabatnya sangat sedih dan berduka atas kejadian yang terjadi pada Alya.
Pembuktian :“…di koridor rumah sakit, Cinta dan kedua orang tuanya bergegas menuju ruang ICU. Air mata Cinta tak berhenti mengalir sementara ia mencari-cari ruangan tempat sahabatnya di rawat…”
“…di sisi ranjang, ibu Alya menangis dalam hati memohon agar Tuhan tidak mencabut anak semata wayangnya…”
g.      Lega
Ketika Cinta memeluk dan meminta maaf kepada Alya,   Maura, Milly dan Karmen masuk dan ikut berpelukan. Mereka telah memaafkan Cinta. Cinta pun akhirnya bisa tenang dan lega bisa berbaikan dengan sahabat-sahabatnya lagi.
Pembuktian :“…ada kelegaan setelah Cinta diterima kembali oleh teman-temannya…”
h.      Riuh
Keriuhan terjadi ketika para pengagum Cinta menyerukan namanya. Juga, teriakan penonton karena Karmen memasukkan bola ke ring basket.
Pembuktian :“Cinta! Cinta! Cinta! Cinta!” di sudut belakang terdengar seruan dari kumpulan cowok pengagum Cinta.
“tolong semua tenang!”ujar Pak Taufik sambil mengangkat kedua tangan.
“YEEEEEAH!” sorakan penonton pecah ketika Karmen berhasil mencetak angka. Skor bertambah untuk sekolah Cinta.
i.        Gelisah
Perasaan gelisah ini dirasakan oleh Borne ketika melihat Cinta dan Rangga bertemu di tribun. Dia ingin tahu hal yang sedang Rangga dan Cinta bicarakan.
Pembuktian :“…di Tribun, Borne tampak gelisah melihat gerak-gerik Rangga dan Cinta. Ia ingin tahu kira-kira apa yang mereka bicarakan. Sebagai cowok yang sedang mendekati Cinta,   ia merasa tidak terima…”
j.        Bahagia
Sebelum mengenal Rangga, sahabat-sahabatnya merupakan pusat dunianya. Dia sangat bahagia bersama sahabat-sahabatnya. Kebahagiaan ini terbukti ketika mereka bercanda tawa di ruang redaksi.
Pembuktian :“…sementara itu dari ruang redaksi terdengar gelak tawa dan canda. Milly yang polos sering membuat teman-temannya tertawa. Belum lagi adu mulut si tomboi Karmen dan si cerewet Maura. Celoteh lucu yang sering kali muncul ditengah perdebatan mereka membuat Cinta tak Berheni tertawa…”
k.      Ketakutan
Rasa takut yang dialami Alya ketika kedua orang tuanya berkelahi. Dia menangis ketakutan karena ia akan menjadi sasaran dari kekerasan ayahnya. Ia hanya bisa menutup telinga bahkan mengunci diri di kamar mandi karena takut dengan ayahnya.
Pembuktian :“…terdengar bunyi pecahan gelas sekali lagi. Kali ini diikuti teriakan histeris mama dan makian papa.Alya menutup kedua telingan sambil duduk di lantai…”
“…mendengar namanya dipanggil oleh ayahnya yang seolah sedang kesetanan, Alya memeluk lutut semaki erat. Tangisannya tak bersuara, kini hanya berupa isakan yang menyesakkan dada…”
“Alya!”
“…gedoran keras membuat cermin kecil yang digantung dipintu bergoyang kemudian jatuh ke lantai dan pecah. Pecahannya berserakan di lantai, bahkan ada yang sampai terpental ke dekat kaki Alya. Ia memandangi pecahan kaca yang berserakan, tak lagi mendengarkan seruan ayahnya di luar. Yang di dengarnya hanya bujukan mencari jalan keluar…”
l.        Hening
Pembuktian :“pemenangnya adalah….”
“…Cinta langsung membuka mata dan menyimak dengan tegang. Hening sesaat. Pak Taufik memberikan jeda, lalu menyapukan pandangan kepada seluruh siswa…”
“…ketika Cinta memasuki perpustakaan, beberapa pasang mata beralih padanya. Beberapa siswa memandangnya dengan sumringah meminta perhatian, dan beberapa lainnya memandang penuh kekaguman...”
3(3) Latar Waktu
a.       Pagi hari
Sorai-sorai siswa-siswi yang memasuki gerbang sekolah. Ada yang berjalan kaki, mengendarai motor maupun mobil. Suasana ceria diwaktu pagi itu dirasakan oleh Cinta, yang memasuki gerbang sekolah.
Pembuktian :“ keceriaan menyebar disetiap sudut sekolah pagi ini. muda-mudi berseragam putih abu-abu memasuki gerbang sekolah. Ada yang berangkat kesekolah mengendarai mobil,   motor,   diantar keluarga, pacar atau sopir. Ada pula yang naik kendaraan umum atau jalan kaki ”.
b.      Siang hari
Janji temu antara Cinta dan sahabat-sahabatnya untuk menonton konser band PAS bersama tidak berjalan lancar. Cinta datang terlambat karena pergi bersama Rangga ke toko buku bekas Limbong. Sahabat-sahabatnya yang tidak tahu keberadaaan Cinta,   sangat khawatir menunggu Cinta. Mereka pun terpaksa masuk ke area konser karena acaranya sudah dimulai. Sebagai pembuka,    MC telah mempersilahkan PAS untuk naik ke panggung dan vokalis PAS menyapa semua penonton dengan mengucapkan selamat siang. Yang kemudian di sambut sorakan dari penonton.
Pembuktian :“selamat siang, semua!”sapa vokalis PAS dari panggung yang disambut sorakan penonton
c.       Malam hari
Dikamar Cinta selalu terpikir mengenai puisi Rangga, apalagi ditambah Cinta menemukan buku Rangga yang terjatuh. Buku itu adalah buku sastra dengan judul aku karya Sumandjaja.
Pembuktian :“…malam harinya dikamar, Cinta tidur-tiduran di ranjang melamun dengan pandangan menerawang…”
“…setelah makan malam, Cinta langsung naik ke kamarnya…”
4.      Tokoh
1.      Cinta
2.      Rangga
3.      Maura
4.      Milly
5.      Alya
6.      Karmen
7.      Borne
8.      Yusrizal
9.      Mamet
10.  Pak Wardiman
5.      Penokohan
1.      Cinta
Cinta merupakan tokoh utama wanita pada Novel “Ada Apa dengan Cinta”. Ia sangat suka menulis puisi. Orannya cantik,   supel,   baik hati. Semua orang suka bahkan mengidolakannya. Dia adalah cewek terpopuler di sekolah.
Pembuktian :“…seorang anak kelas dua dan anak kelas satu ikut melambaikan tangannya kepada Cinta. Mereka bukan mengaguminya bukan hanya karena ia senior cantik,   supel,   dan populer tetapi juga baik hati…”
“Wooo…! Kata-kata lo puitis banget! Kebanyakan nulis puisi sih lo!” seru Maura,   Karmen,   Milly sammbil menggelitiki Cinta.”
“Cinta sangat menyukai puisi dan baginya, merangkai kata manjadi sebuah karya indah tidaklah susah. Mungkin itulah sebabnya sejak kelas satu, ia menjadi langganan juara satu lomba puisi”.
2.      Rangga
Rangga adalah lawan main dari Cinta. Rangga orangnya pendiam,    cuek, suka menyendiri, tampan, dan juga suka menulis puisi.
Pembuktian :
a.       Suka menyendiri
“…Rangga suka membaca di ruangan Pak Wardiman. Dia suka menyendiri dan jarang berbaur bersama teman sekelasnya…”
b.      Suka menulis puisi
“…Rangga yang suka membaca buku sastra hasil pinjaman di perpustakaan dan sejak kelas satu rajin menulis puisi dianggapnya memiliki bakat terpendam…”
c.       Pendiam
“…akhirnya karena merasa diabaikan, Pak Wardiman pun meninggalkan cowok pendiam itu dan bergegas melanjutkan tugasnya untuk membunyikan bel mask, tanda jam pelajaran dimulai…”
d.      Tampan
“keempat sahabatnya menoleh tak mengerti. Padahal sebenarnya Rangga lumayan Ganteng”.
3.      Maura
Maura adalah salah satu sahabat Cinta dan juga anggota klub mading. Maura sosok wanita cantik, tetapi cara bicaranya suka menyinggung.
Pembuktian :“…banyak adik kelas yang mengangap Maura secantik Cinta. Tapi karena cara bicaranya yang suka menyinggung alias nyablak, mereka pun memilih tak sering-sering menegur Maura…”
4.      Milly
Milly juga merupakan salah satu anggota klub mading dan sahabat Cinta. Milly sangat polos dan lemot. Ia juga cantik, ramah dan baik hati.
Pembuktian :“…lain halnya dengan Milly. Cewek imut berambut pendek itu memang ramah dan baik hati. Akan tetapi, semakin lama bicara dengan Milly, semakin kita capek karena dia lemot alias lama mencerna omongan orang…”
5.      Karmen
Karemen pula sahabat cinta dan anggota klub mading. Karmen memiliki ciri-ciri jangkung dan berambut keriting sebahu. Karemen sangat suka bermain basket.
Pembuktian :“…karmen yang berjalan dengan Cinta dan juga menenteng gulungan karton mengacungkan jempol. Cewek jangkung berambut keriting sebahu itu tidak akan bisa menolak tawaran bermain basket. Rasanya hanya ada dua alasan yang mampu mengalahkan hasratnya bermain basket. Kelau tidak ngantuk , ya lapar…”
6.      Alya  
Alya satu-satunya cewek paling tegar dan sabar diantara teman-temannya. Dia cantik, dewasa, berkulit putih, baik hati tetapi agak pendiam. 
a.       Tegar dan sabar
Ketegaran dan kesabaran Alya tergambar ketika ia sering kali menerima kekerasan dari ayahnya. Dia masih bisa tersenyum walaupun begitu banyak pnderitaan yang dialaminya.
Pembuktian :“ya Tuhan! Alya…” ujar Cinta setelah menurunkan bagian belakang kerah seragam Alya. Memar tampak di punggung sahabatnya”.
b.      Dewasa
“…seperti biasa, kalau mereka sedang kekanak-kanakan begini,   Alya yang paling dewasa diantara mereka hanya tersenym tipis…”
c.       Cantik, berkulit putih, baik hati
“…ketika lewat, ia juga tak luput dari perhatian karena ia juga anggota klub mading. Alya nama cewek berkulit putih itu. Ia memang tak banyak bicara, tetapi dikenal baik hati dan cantik…”
7.      Borne
Borne adalah cowok yang menyukai Cinta. Ia cowok terkeren di sekolah.
Pembuktian :“…ternyata yang masuk Borne. Cowok terkeren di skolah yang sedang PDKT dengan Cinta.
8.      Mamet
Mamet adalah orang yang membantu Cinta dan teman-temannya untuk menyusul Rangga di Bandara. Mamet orangnya culun, baik hati, dan polos.
Pembuktian :“…sore ini penampilannya sangat rapi. Kemeja kotak-kotaknya dikancingkan sampai atas dan dimasukkan ke dalam celana jeans. Tak ketinggalan ransel di punggungnya…”
9.      Yusrizal
Yusrizal adalah ayah Rangga. Ayah Rangga adalah seorang penulis, namun kebanyakan orang menganggapnya komunis. Karena ayah Rangga menulis tentang kebusukan pemerintah. Selain itu, ayah Rangga baik dan single parent.
Pembuktian :“…pada tahun 96, saya nulis kebusukan bisnis orang-orang pemerintah. Sama halnya cari mati…”
“ Aku hanya tinggal bersama ayah. Kami sering pindah rumah setelah ibu saya tiada “ tutur Rangga
10.  Pak Wardiman
Pak Wardiman merupakan cleaning service di sekolah. Ia juga yang selalu membunyikan bel di sekolah. Pak Wardiman orangnya perduli terhadap orang lain. Terbukti ketika dia memasukkan puisi Rangga dalam lomba puisi. Ia ingin bakat Rangga bisa terlihat dan tidak dipendam.
Pembuktian :“saya nggak pernah ikut lomba,   ” balas Rangga singkat,   lalu kembali mengalihkan perhatian pada bukunya. “saya yang ngirim!” ujar Pak Wardiman sambil membetulkan letak peci yang dikenakannya.
6.      Sudut pandang
Sudut pandang yang dipakai penulis pada novel ini menggunakan sudut pandang orang pertama pelaku utama. Karena penulis menggunakan kata “akuan” dalam mendeskripsikan diri di dalam cerita. Namun dalam menjelaskan cerita, penulis pun menggunakan sudut pandang orang ketiga pelaku utama. Karena dalam novel tersebut penulis tetap menyebutkan nama Cinta maupun tokoh lainnya. Sudut pandang akuan ini banyak digunakan saat dialog yang selalu menggunakan kata saya, bahkan dalam dialog juga penulis kadang menggunakan kata gue sebagai kata ganti dari saya, karena mengingat novel ini merupakan novel remaja. Yang bahasanya menggunakan bahasa gaul dan lebih mengarah pada bahasa Betawi karena notabene semua tokoh merupakan orang Jawa.
7.      Gaya penulisan
Novel Ada Apa dengan Cinta ini merupakan salah satu novel remaja yang mudah dipahami. Namun pada novel ini, kadang menggunakan bahasa baku, ini dibuktikan ketika Cinta dan Rangga yang sedang berargumen namun kata-kata yang diucapkan sangat menyinggung tetapi tetap mempertahankan bahasa Indonesia ynag baku tanpa mencampurnya dengan bahasa gaul maupun bahasa daerah. Kadang pula penulis menggunakan bahasa inggris yang menunjukkan tingkat pendidikan para tokoh yang sudah duduk dibangku SMA yang suda mengenal dan tahu menggunakan bahasa International, yaitu bahasa Inggris. Bahkan menggunakan bahasa Betawi dalam dialognya, yaitu dengan menggunakan kata gue. Karena para tokoh merupakan orang Jawa, tepatnya di jakarta sehingga mereka akrab dengan bahasa Betawi yang sudah bercampur dengan bahasa Indonesia dan itu menjadi bahasa sehari-hari mereka.  Disini pula dipakai bahasa anak gaul seperti loh, bro, lemot, dan lain sebagainya, yang menggambarkan para remaja yang gaul dan tidak ketinggalan zaman, hingga mereka pun menggunakan bahasa-bahasa baru yang dikenal sebagai bahasa anak muda tepatnya bahasa gaul.
8.      Amanat
Pesan moral ataupun amanat yang disampaikan penulis kepada pembaca yakni,    
Dalam menjalin persahabatan, hendaknya saling terbuka, percaya,   dan tidak bisa saling menyalahkan jika mendapat masalah. Dalam suka maupun duka harus dipikul bersama, itulah hakikat sahabat. Selain itu,   novel ini menyampaikan bahwa kita harus konsisten dengan prinsip yang dipegang. Tidak seperti Cinta yang berulang kali membuat orang disekitarnya menjadi bingung dan mempertanyakan “ Ada Apa dengan Cinta?”. Ketika marah pun kita harus bisa mengendalikan emosi,   bersabar dan tetap tegar seperti yang dicerminkan oleh Alya. Sama halnya pula dengan cinta. Jangan pernah mengabaikan perasaan suka seseorang kepada kita. Karena hukum karma akan berlaku. Cinta pun mengalaminya dengan Rangga, akibat perasaan Borne terabaikan.  Sekali lagi, tetaplah mempertahankan jati diri kita yang sebenarnya.
 IV.                                Unsur Ekstrinsik
1.      Nilai-Nilai
a.       Nilai Pendidikan
Dalam novel ini mengandung nilai pendidikan. karena pada novel ini menceritakan lika-liku seorang siswa SMA. Ada yang patah hati,   ada pula siswa yang Broken Home, namun tetap semangat menjalani hidup bahkan terus menatap masa depan dengan tetap sekolah. Ini mengisyaratkan perjuangan seorang siswa SMA yang menghadapi penyakit yang biasanya ada pada siswa yaitu penyakit malas.
b.      Nilai Budaya
Nilai budaya yang terkandung dalam novel ini terdapat pada Rangga dan Cinta yang suka membuat puisi. Mereka senang membaca buku,   dan bahkah melestarikan dan menghargai pujangga dulu. Mereka bahkan mengambil ilmu dari buku-buku terbtan zaman dulu.
c.       Nilai Religius
Dalam novel ini menceritakan mengenai kisah cinta, sehingga dapat diambil nilai religiusnya untuk tidak melakukan hal-hal yang dilarang oleh agama. Seperti halnya Cinta yang berciuman dengan Rangga ketika mereka akan berpisah. Ini merupakan salah satu cerminan
Adanya pelanggaran terhadap norma agama.
2.      Biodata pengarang
Nama                                 : Silvarani
Tempat,   tanggal lahir      : Jakarta,   6 September 1988
Lulusan                             : Lulusan sastra Perancis dan Magister Ilmu
                                            Komunikasi
Karya lainnya                    : Bintang Jatuh,   L’eternita di Roma,    
                                             L’amore di Romeo,   dan Love in Paris
  V.          Kelebihan Novel
Kelebihan dari novel ini dapat mengajak pembacanya untuk mengenal dan tertarik dengan karya sastra puisi yang sekarang sudah jarang ditemui di kalangan remaja. Cerita dari novel ini juga sangat realistis. Penulis mampu membuat pembacanya seakan-akan menjelma menjadi sosok Cinta. Puisi-puisinya pun mengandung banyak diksi yang sangat indah walaupun sebagian sulit untuk dipahami. Selain itu,   konflik yang ada pada novel ni sangat menggugah selera pembaca untuk lebih ingin ttahu cerita selanjutnya. Novel ini pula menceritakan tentang kebimbangan yang terjadi pada anak muda yang mudah galau dan mengalami perubahan sikap yang sangat drastis, sehingga novel ini benar-benar menggambarkan masalah-masalah yang dialami para remaja. Ini merupakan keunggulan tersendiri untuk novel ini, karena pembaca bisa mudah menyesuaikan dengan jalan cerita pada novel ini.
 VI.       Kekurangan Novel
Kekurangan dari novel ini adalah biodata penulis tidak lengkap. Sehingga bisa menimbulkan rasa ketidak puasan tersendiri bagi pembaca karena mereka tidak bisa menhgetahui biodata lpribadi penulis secara lengkap dan rinci. Pada novel ini juga tidak mencantumkan catatan kaki, padahal banyak kata-kata yang harus di masukkan dalam catatan kaki tersebut. Selain itu,   masih ada pengejaan kata yang salah pada novel ini dan salah menggunakan kata sehingga kadang pula, pembaca akan buyar menghayati novel ini ketika mereka membacanya.
VII.       Simpulan
Novel ini menceritakan tentang perubahan yang terjadi kepada Cinta. Cinta yang memiliki keluarga yang bahagia, popularitas di sekolah, memiliki banyak pengagum, dan yang paling penting ia memiliki sahabat-sahabatnya. Alya, Maura, Milly dan Karmen selalu membuat hari-hari Cinta menjadi berwarna. Mereka adalah pusat dunia Cinta. Sampai suatu ketika, ia berkenalan dengan Rangga, cowok jutek dan pendiam yang lebih suka berteman dengan buku daripada manusia. Keduanya sama-sama menyukai puisi,   minat yang tidak bisa Cinta bagi bersama sahabat-sahabatnya. Cinta pun perlahan mulai mengalami perubahan. Ia sering kali berbohong kepada sahabat-sahabatnya,   tidak terbuka dengan keempat sahabatbya.  Bahkan ia yang tidak menyukai musik blues menjadi sangat menyukainya. Cinta jarang bersama lagi teman-temannya. Hingga mereka pun bertanya “Ada Apa dengan Cinta?”. Bahkan ketika Cinta pun mempertanyakan dirinya dan persahabatannya menjadi taruhannya. Dan pada akhirnya, Cinta kehilangan cintanya. Karena Rangga telah pergi, namun ia akan tetap kembali untuk mempertanyakan jawaban cintanya kepada Cinta. Cerita pada novel ini sangat bagus dan memberikan banyak pembelajaran kepada kalangan muda.
VIII.     Saran
Kepada penulis. Sebaiknya menjelaskan mengenai makna-makna puisi yang ada pada novel tersebut. sebaiknya penulis membuat catatan kaki agar kata-kata yang sulit dipahami oleh pembaca dapat diketahui arti maupun maknanya melalui catatan kaki.
Novel ini merupakan novel untuk remaja. Cerita di dalamnya pun banyak memberikan penggambaran mengenai kehidupan para siswa-siswi di SMA. Sehingga banyak memberikan pembelajaran hidup kepada pembaca. Dan saya menyarankan untuk membaca novel ini. Ambil nilai positifnya, dan buang jauh-jauh nilai negatifnya.




















Comments

Post a Comment